Selasa, 29 Juni 2021

Management Insight : Hanindio W. Hadi - Direktur Utama PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri (AJTM)

Pengantar redaksi :

Meskipun tengah berada di situasi bisnis yang cukup menantang, PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri (AJTM) berhasil menutup tahun 2020 dengan capaian positif. AJTM optimis, melalui transformasi people dan sistem tata kelola yang tengah berjalan, akan membawa perusahaan berkembang jauh lebih baik lagi. Berikut penuturan Direktur Utama PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri (AJTM), Hanindio W. Hadi terkait hal tersebut.

Bagaimana pencapaian kinerja PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri (AJTM) pada 2020? 

Di tengah kondisi pandemi COVID-19 dan perlambatan ekonomi, baik secara nasional maupun global, alhamdulillah, kami bisa mencapai performance yang cukup baik di sisi keuangan dan operasional. Hal itu tercermin pada kenaikan laba bersih, aset perusahaan dan tingkat kesehatan keuangan perusahaan.

Di tahun 2020, AJTM membukukan laba setelah pajak sebesar Rp18,39 miliar, atau naik sekitar 119 persen dibanding 2019, dengan perolehan Rp8,39 miliar. Kalau bicara total asset, juga terjadi peningkatan 15%, dari Rp1,7 triliun di 2019 menjadi Rp1,96 triliun di tahun 2020. Dalam hal tingkat kesehatan keuangan, jika melihat Risk Based Capital (RBC) di tahun 2019 sekitar 101%; sementara di 2020, alhamdulillah melesat menjadi 257%. Sedangkan Rasio Kecukupan Investasi (RKI) sendiri, semula 104% meningkat menjadi 111%. Jika bicara pendapatan atau hasil underwriting, juga terjadi peningkatan yang sangat signifikan dimana pada tahun 2019 posisi minus Rp11,69 miliar, dan di tahun 2020 berbalik positif menjadi Rp97,48 miliar.

Hasil underwriting bersumber dari asuransi kumpulan dan asuransi individu. Peningkatan hasil underwriting ini akibat diberlakukannya prudent underwriting, dimana kami melakukan secara lebih proper pada saat melakukan assessment risiko serta keberhasilan program efisiensi melalui program transformasi yang kami canangkan sejak September 2020. Kami juga melakukan penghentian produk-produk yang tidak profitable, moratorium beberapa produk asuransi, sekaligus juga rebalancing portfolio dari produk yang ada. Sehingga semua produksi yang tidak memenuhi hukum bilangan besar harus dihentikan dan restructuring karena berdampak pada bisnis yang tidak sehat. Itu menjadi kunci yang membuat kami survive pada 2020.

Apa saja lini bisnis yang dimiliki AJTM yang paling mempengaruhi pencapaian tersebut? 

Hingga saat ini, AJTM banyak mendapatkan profit yang signifikan dari bisnis captive dan dari produk severance. Bicara mengenai target market di captive, sesungguhnya saat ini baru tergarap 10-15% dari keseluruhan pasar captive Pertamina Group dan Timah Group. Saya yakin, ke depannya kalau kita garap secara lebih fokus dan serius akan memberikan hasil produksi yang jauh lebih besar lagi. Tentunya AJTM mengharapkan dukungan penuh sinergi dari Pertamina dan Timah Group sebagai kebijakan korporat dengan dibarengi layanan yang semakin baik melalui pembenahan yang kita lakukan secara berkelanjutan.

Bagaimana kinerja AJTM pada Kuartal 1 tahun ini? 

Alhamdulillah masih tetap solid, kuartal 1 ini rasio keuangan tetap positif. Misalnya RBC kami di kuartal 1 meningkat lagi menjadi 279%, dari semula 257% di end of 2020. RKI kami juga masih di atas 100%, yaitu 107%. Jadi sejauh ini pada kuartal 1 2021, AJTM masih membukukan laba yang positif.

Adakah inovasi produk yang digulirkan AJTM pada tahun ini? 

Kalau bicara inovasi produk, memang saat ini kami masih fokus melakukan kajian produk-produk yang lebih profitable bagi perusahaan. Produk yang kurang menguntungkan, untuk sementara kami hentikan terlebih dahulu dan dilakukan review, termasuk pada Perjanjian Kerja Sama-nya. Peningkatan pelayanan kepada nasabah juga menjadi concern dimana pada saat yang bersamaan adanya pembenahan tata kelola melalui development IT system memerlukan banyak penyesuaian. Kemudian setelah itu kami tingkatkan brand awareness terhadap produk-produk perusahaan kami. Baru kemudian akan dilakukan inovasi produk sesuai dengan kebutuhan atau menciptakan kebutuhan di masyarakat. Ini harus segera dilakukan seiring dengan pengembangan digitalisasi.

Apa rencana ke depan AJTM menyongsong masa adaptasi kebiasaan baru mengingat sampai saat ini pandemi COVID-19 masih berlangsung? 

Saat ini yang kami lakukan terkait dua tantangan besar. Pertama, kami dituntut untuk meningkatkan kemampuan memenuhi apa yang sudah disetujui melalui RKAP. Target yang telah dicanangkan pemegang saham mengalami peningkatan yang cukup tinggi, tapi at the same time kami wajib mengikuti kebijakan pemerintah untuk tetap melakukan protap menanggulangi penyebaran COVID-19.

Sebisa mungkin dengan tertib kami tetap melaksanakan proses work from home 50:50, sebagian melakukan pekerjaan dari rumah dan sebagian lagi di kantor, tentu saja dengan adjustment sesuai dengan kebutuhan. Namun tantangannya kami juga tetap harus melakukan proses mendapatkan bisnis secara optimal. Jadi mudahmudahan proses yang telah dilakukan bertahap ini membiasakan kami melakukan pekerjaan lebih efektif dan efisien melalui optimalisasi sistem IT yang memang sedang kami develop sejak 2020. Dengan adanya sistem IT yang lebih reliable, kami tetap bisa mendapatkan business secara lebih efektif dan lebih beneficial bagi nasabah kami.

Bagaimana proses transformasi sistem tata kelola yang saat ini tengah berjalan di AJTM? 

Ada tiga bagian besar dari proses transformasi yang dilakukan. Kami menjalankan transformasi di sumber daya manusia (people) melalui proses rightsizing dan enhancement. Pada 2020, kami melakukan efisiensi melalui penutupan beberapa kantor cabang yang tidak produktif, dan pada saat yang bersamaan juga dilakukan restrukturisasi organisasi di level Vice President (VP) dari 25 posisi VP, kini menjadi hanya 12 VP. Dengan adanya streamlining struktur organisasi, alhamdulillah, terjadi cost reduction atas biaya operasional sebesar 36-38%.

Selain itu, dilakukan transformasi tata kelola (process) pada saat yang bersamaan. Kami telah melakukan integrasi sistem melalui digitalisasi insurance system, untuk mengawal penerapan proses Governance Risk Compliance (GRC) secara sistematis dan go live pada awal April 2021.

Terakhir, transformasi produk. Dilakukan restructuring atas produk sehingga lebih terukur profitabilitasnya. Jadi tidak ada lagi produk-produk yang dijual dengan coverage atau terms & conditions di luar dari perjanjian kerja sama yang hanya menguntungkan satu pihak dan kemudian merugikan perusahaan.

Alhamdulillah tiga hal utama tersebut dapat menjaga RBC dan RKI kami di atas level yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Itu yang membuat kami tetap survive di kondisi yang kurang menguntungkan saat ini.

Memang pada saat bicara transformasi, pada 2015 juga pernah dicanangkan program yang serupa. Mungkin yang membedakan, tranformasi saat ini benar-benar dilakukan secara linear dari atas sampai bawah. Dari mulai pihak Pendiri dalam hal ini Pertamina; Pemegang Saham, yaitu Dana Pensiun Pertamina (DPP), PT Timah Tbk dan Kementerian Keuangan; jajaran Dewan Komisaris; Dewan Direksi, serta seluruh karyawan AJTM dengan komitmen penuh benar-benar konsisten menjalankan real transformation.

Insyaallah dengan adanya tiga program besar transformasi melalui people, product, dan tata kelola atau process, dapat mendorong AJTM semakin berkembang pesat dan akan segera ‘bicara banyak’ bukan hanya di domestik tetapi juga secara regional. Dan yang paling penting, kami semakin mendapat kepercayaan dari seluruh stakeholders termasuk pekerja dan pensiunan Pertamina serta Timah. Harapannya, kemudian ini bisa menjadi domino effect berkembang ke BUMN dan perusahaan swasta lainnya. Terima kasih banyak atas kepercayaan dan dukungannya ke AJTM insyaallah kita selalu menjadi partner yang saling menguntungkan.•STK


https://epaper.pertamina.com/energia/7-juni-2021/management-insight/2020-laba-ajtm-naik-119-persen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menimbang Opsi Penyelamatan Garuda via Restrukturisasi

Publik mengetahui bahwa salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) flagship kebanggaan Indonesia, PT Garuda Indonesia (Persero) T...